ANAK TIDAK BISA MEMBACA? SANTAI.. BEGINI PENJELASANNYA
Anak tidak bisa membaca?
Jangan langsung di-judge bodoh,
berkebutuhan khusus atau bahkan dibilang IQ rendah. Padahal kemampun
membaca pada anak tidak ada hubungannya sama sekali dengan tingkat kecerdasan
anak loh. misalnya saja, ada anak A dan anak B yang sama-sama berusia 5 tahun,
namun si anak A sudah bisa membaca, sedangkan si anak B belum bisa membaca,
maka bukan berarti si anak A lebih cerdas dari si anak B ya.. rasanya terlalu
dini untuk menilai kecerdasan anak di usia yang masih sangat belia. Apalagi
setiap anak memiliki waktu yang berbeda-beda. Meskipun ada beberapa rujukan
yang banyak dijadikan indikator fase perkembangan anak, namun ini tidak berlaku
mutlak 100% loh. Buktinya, banyak tokoh-tokoh dunia dari berbagai disiplin
ilmu, kesenian hingga bidang olahraga yang semasa kecilnya dicap bodoh dan aneh
oleh lingkungan sekitarnya bahkan diremehkan oleh gurunya. Namun siapa yang
mengira, bahwa di masa depannya justru si anak yang dianggap bodoh dan aneh
tersebut justru menjadi sosok yang mandiri bahkan lebih sukses dari teman-teman
sang bintang kelas (siapa saja tokoh tersebut dan bagaimana kisahnya, nantikan
di artikel berikutnya ya..).
Nah, jangan berkecil hati ya kalau
anak belum bisa membaca seperti teman-temannya. Daripada mendengarkan pendapat
orang sekitar yang bikin down dan tidak ada solusi yang tepat, sebaiknya
segera ambil langkah. Pertama, cari tahu penyebabnya dan lihat ciri-cirinya.
Kedua, lakukan solusinya.
Jadi begini, anak yang mengalami
‘telat baca’ atau belum bisa membaca bisa disebabkan oleh adanya 2 faktor,
yakni:
1. Disleksia
Mengutip laman childmind.org, Dr. Sally
Shaywitz, wakil ketua Yale Center for Dyslekxia and Creativity, mengatakan
bahwa 80% hingga 90% anak yang mengalami kesulitan belajar disinyalir berada
pada kondisi disleksia. Disleksia adalah kelainan belajar yang ditandai dengan
kesulitan membaca, dimana hal ini tidak ada hubungannya sama sekali dengan
tingkat intelegensi. Hingga saat ini belum diketahui secara pasti terkait
penyebab disleksia. Namun, ada beberapa hal yang diduga menjadi penyebab
disleksia, yakni:
-
Ada keluarga yang
mengalami hal serupa (keturunan/genetik).
-
Terdapat kelainan
fungsi otak anak, seperti otak kiri yang tidak mampu berfungsi untuk mengeja,
membaca dan menulis.
-
Ketidakmampuan
dalam mengolah fonem.
-
Ketika lahir anak
dalam kodisi prematur atau berat yang rendah.
-
Ketika ibu hamil
sering terpapar asap rokok, alkohol, obat-obatan atau mengalami infeksi yang mempengaruhi
perkembangan otak janin di dalam kandungan ibu.
Lalu, pada usia berapa kah ciri-ciri disleksia
mulai nampak pada anak?
Sebenarnya hal ini tergantung pada setiap fase
usianya, yakni:
·
Usia 1-2 tahun:
belum mampu mengucapkan kata pertamanya.
·
Usia 2-5 tahun:
anak sulit mengingat huruf alfabet dan kata-kata umum.
·
Usia 5-6 tahun:
sering mengeluh dan malas jika disuruh
membaca.
· Usia 6-15 tahun: sangat lambat saat membaca, sulit mengenal kata baru, membaca dengan suara sangat lirih, sulit mengingat nama dan tanggal, serta tulisannya sulit dibaca (bukan jelek ya, tapi sulit dibaca).
· Usia 15 ke atas: ragu
saat berbicara dan memberikan respon yang lama dalam sebuah percakapan.
Solusi:
lakukan pengecekan atau observasi untuk mendapatkan informasi apakah anak mengalami
salah satu atau beberapa ciri-ciri serta penyebab disleksia seperti yang telah
disebutkan di atas. Melakukan tes psikologi atau berkonsultasi dengan dokter
akan menjadi cara yang lebih baik karena anak akan mendapatkan penanganan yang
tepat. Ingat, anak disleksia pun bukan berarti bodoh, karena tidak ada
hubungannya dengan tingkat intelegensi, bahkan justru kebanyakan dari mereka
adalah anak yang kreatif dan cerdas.
2. Kurang dukungan
Jika hingga usia 7 tahun anak belum bisa
membaca, namun tidak ditemukan pula ciri-ciri atau penyebab disleksia seperti
yang telah disebutkan di atas, maka fixed penyebabnya adalah kurangnya
dukungan dari lingkungan sekitar, seperti anak kurang dikenalkan dengan bacaan,
jarang mendengarkan atau membaca dongeng, lebih banyak menghabiskan waktu
dengan gadget, hingga anak tidak mendapatkan metode yang tepat saat
belajar membaca. Tidak semua anak nyaman ketika harus belajar dengan duduk
manis ya, ada yang suka belajar sambil tubuhnya terus bergerak atau belajar
membaca sambil bernyanyi. Penting untuk diketahui bahwa gaya belajar anak
berbeda-beda, ada yang visual, auditori, taktil dan kinestetik. Anak yang
belajarnya gak bisa diam pasti kinestetik nih ^-^ (kita bahas lebih lanjut di artikel
berikutnya ya..).
Solusi: sering-seringlah
membacakan dongeng untuk anak, ajak anak berlatih membaca sesuai gaya belajar anak
menggunakan metode dengan tingkat kesulitan yang bertahap, lakukan dengan sabar
dan tidak memaksakan ketika anak tidak nyaman atau lelah, berikan anak buku
dongeng dengan gambar yang menarik (lebih banyak gambar dengan cerita singkat),
ajak anak membaca tulisan apa pun di sekitarnya, misalkan saat makan di restoran
mintalah anak membaca nama-nama menunya, nama restorannya dan sebagainya.
Semoga infonya bermanfaat ya..
Mau referensi latihan membaca untuk anak yang simple
dan seru untuk meningkatkan kemampuan literasinya?
Nantikan di artikel berikutnya ya..


.jpeg)
Comments
Post a Comment